PUPR Fokus Pada Keselamatan Warga Lewat Normalisasi Sungai Pascabencana

Selasa, 09 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Dharma Sakti
Semua langkah teknis normalisasi sungai berorientasi pada perlindungan keselamatan jiwa warga. Pembangunan tanggul di hilir yang telah 100% selesai menjadi bukti komitmen tersebut.

Lumajang, Jawa Timur - Dalam setiap langkah tanggap darurat pasca erupsi Semeru, Kementerian PUPR menempatkan keselamatan dan perlindungan masyarakat sebagai kompas utama. Akselerasi normalisasi alur sungai yang digencarkan, baik di hulu maupun hilir, pada hakikatnya adalah instrumen untuk mencapai tujuan tersebut: mengurangi risiko banjir lahar yang langsung mengancam keselamatan jiwa dan harta benda warga. Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan komitmen untuk memastikan dukungan peralatan dapat digerakkan kapan pun untuk membuka akses dan membantu evakuasi.

Bukti nyata dari prioritas ini terlihat jelas di sektor hilir. Di lokasi yang berdekatan dengan permukiman, tim telah menyelesaikan pembangunan tanggul pelindung setinggi 4 meter sepanjang 500 meter hingga 100%. Struktur ini bukan sekadar bangunan teknik, melainkan sebuah "tembok penyelamat" yang dibangun dengan cepat untuk menjadi garis pertahanan pertama bagi masyarakat. Pekerjaan peninggian dan penguatan tanggul existing juga terus dilakukan.

Di sisi hulu, meski lokasinya jauh dari pemukiman, orientasi pekerjaan tetap pada keselamatan warga di hilir. Pembuatan sudetan sepanjang 500 meter dan peninggian tangkis bertujuan mengendalikan dan mengarahkan material vulkanik agar tidak meluap secara tak terkendali ke kawasan berpenduduk. Dengan kata lain, kerja di hulu adalah tindakan pencegahan pre-emptive untuk memitigasi ancaman sebelum sampai ke komunitas.

Kepala BBWS Brantas Muhammad Noor secara eksplisit menyatakan bahwa prioritas keselamatan masyarakat menjadi panglima dalam seluruh operasi. Prinsip ini tercermin dalam keputusan untuk menjalankan penanganan di hulu dan hilir secara paralel, bukan berurutan, agar perlindungan dapat terwujud secara simultan dan menyeluruh. Kecepatan respons menjadi kritis dalam situasi darurat.

Pendekatan yang berpusat pada masyarakat ini juga terlihat dari koordinasi yang dijalin. Kementerian PUPR tidak bekerja sendiri, tetapi berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan penanganan yang optimal hingga masa pemulihan. Kolaborasi penting untuk memahami kebutuhan spesifik warga di tiap lokasi dan menyesuaikan intervensi teknis.

Pemantauan dan evaluasi yang terus-menerus terhadap kegiatan di lapangan juga bagian dari pertanggungjawaban atas keselamatan warga. Dengan memantau perkembangan, tim dapat mengantisipasi potensi kegagalan struktur atau perubahan aliran yang bisa membahayakan penduduk, lalu mengambil tindakan korektif dengan cepat.

Dengan fokus yang manusiawi ini, setiap meter sudetan yang dibuka dan setiap meter tanggul yang dibangun memiliki nilai yang lebih dalam dari sekadar angka kemajuan fisik. Ini adalah wujud nyata dari perlindungan negara terhadap warganya di saat-saat rentan. Upaya PUPR ini pada akhirnya ingin memulihkan bukan hanya kondisi sungai, tetapi juga rasa aman dan ketenangan hidup masyarakat yang tinggal di lereng dan kaki Semeru.

(Dharma Sakti)

Baca Juga: Kolaborasi Tiga Pilar: Sinergi Hutama Karya, Pemerintah Daerah, Dan TNI-Polri Dalam Penanganan Bencana
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.