Lampung Tengah - Nama Ardito Wijaya kini lebih dikenal sebagai Bupati Lampung Tengah yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, jauh sebelum memasuki dunia politik dan menduduki kursi kekuasaan, Ardito adalah seorang profesional di bidang kesehatan yang berdedikasi. Ia lahir di Bandar Jaya, Lampung Tengah, pada 23 Januari 1980, dan menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, menyandang gelar dokter pada tahun 2008. Untuk memperdalam keilmuannya, ia kemudian mengambil program magister Kesehatan Masyarakat (Kesmas) di Universitas Mitra Indonesia dan berhasil menyelesaikannya di tahun 2024, tidak lama sebelum penangkapannya.
Setelah lulus sebagai dokter, Ardito memulai pengabdiannya langsung kepada masyarakat dengan bertugas di fasilitas kesehatan primer. Pengalaman pertamanya adalah di Puskesmas Seputih Surabaya, di mana ia mengabdi dari tahun 2010 hingga 2011. Setahun berikutnya, ia berpindah tugas ke Puskesmas Rumbia yang juga berada di wilayah Kabupaten Lampung Tengah. Pengalaman lapangan ini memberikannya pemahaman mendasar tentang masalah kesehatan dan kebutuhan riil masyarakat di daerahnya, sebuah modal berharga untuk seorang calon pemimpin.
Karier birokrasi Ardito di dunia kesehatan mulai menanjak pada tahun 2014 ketika ia dipercaya menjabat sebagai Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (Kabid P2PL) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah. Ia memegang posisi strategis ini hingga tahun 2016, di mana ia terlibat dalam perencanaan dan pengendalian program-program kesehatan masyarakat yang berskala kabupaten. Posisi ini tidak hanya mengasah kemampuan manajerialnya tetapi juga memperluas jejaring dan pemahamannya tentang mekanisme pemerintahan daerah.
Latar belakang yang kuat di sektor kesehatan dan pelayanan publik inilah yang kemudian menjadi pertimbangan bagi Ardito untuk memasuki kancah politik. Pada Pilkada 2020, ia dipilih oleh Musa Ahmad untuk mendampinginya sebagai calon Wakil Bupati, dan kemenangan mereka membuktikan bahwa elektorat menghargai kredensialnya. Masyarakat mungkin melihat figur seorang dokter sebagai representasi dari kepercayaan, integritas, dan kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat. Citra inilah yang sangat efektif dalam membangun dukungan politik.
Keberhasilan sebagai Wakil Bupati kemudian dilanjutkan dengan kemenangan spektakulernya sebagai Bupati pada Pilkada 2024. Ardito berhasil memenangkan kontestasi dengan perolehan suara yang sangat besar, mengalahkan mantan atasannya sendiri. Kemenangan ini seolah mengukuhkan bahwa latar belakang dan rekam jejak pelayanannya diterima dengan baik oleh masyarakat. Harapan publik terhadap kepemimpinannya yang bersih dan berbasis data kesehatan masyarakat pun sangat tinggi di awal masa jabatannya.
Namun, harapan itu kini tercoreng dengan sangat tragis oleh operasi tangkap tangan KPK yang menimpanya. Dugaan keterlibatan dalam kasus suap pengesahan anggaran daerah (RAPBD) bertolak belakang seratus delapan puluh derajat dengan nilai-nilai profesionalisme kedokteran dan pelayanan publik yang seharusnya dipegang. Kontras antara profesi mulia sebagai penyelamat nyawa dengan tuduhan sebagai pelaku korupsi yang menggerogoti uang rakyat menciptakan ironi yang sangat menyakitkan.
Kasus Ardito Wijaya ini menjadi pengingat pahit bahwa latar belakang pendidikan yang baik dan pengalaman melayani masyarakat tidak serta-merta menjadi benteng yang kokoh terhadap godaan korupsi. Kekuasaan dan akses terhadap anggaran daerah ternyata dapat menjadi ujian yang gagal dilewati oleh sebagian orang. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya sistem pengawasan internal yang kuat dalam pemerintahan, di luar latar belakang pribadi seorang pemimpin.
Kini, proses hukum akan menentukan nasib Ardito Wijaya. Apapun hasilnya, kisahnya telah meninggalkan luka dan kekecewaan yang dalam, terutama bagi masyarakat Lampung Tengah yang pernah berharap banyak padanya. Perjalanannya dari dokter menjadi bupati, yang seharusnya menjadi inspirasi, justru berakhir sebagai bahan perenungan tentang integritas dan etika dalam memegang amanah publik. Rekam jejak lamanya di bidang kesehatan akan selalu dikenang, tetapi akan selalu diikuti oleh bayang-bayang kelam kasus korupsi di akhir karier politiknya.