Sejumlah harga komoditas mengalami penurunan sepanjang tahun 2024. Harga minyak mentah mengalami penurunan sekitar 3 persen, sedangkan batu bara dan nikel masing-masing mengalami penurunan sebesar 5 dan 6 persen. Kenaikan harga CPO tercatat mencapai 21 persen sepanjang tahun 2024, sementara harga timah juga mengalami penguatan sekitar 15 persen hingga akhir tahun 2024. Berikut adalah ringkasan dari berbagai sumber. Minyak Mentah Sepanjang tahun 2024, harga minyak mentah mengalami penurunan sekitar 3 persen, mencatatkan penurunan untuk tahun kedua berturut-turut, disebabkan oleh lambatnya pemulihan permintaan pascapandemi. Menurut laporan dari Reuters, penurunan harga minyak mentah ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di China yang masih menghadapi tantangan, serta peningkatan produksi minyak mentah oleh AS dan produsen non-OPEC lainnya yang memenuhi kebutuhan pasar global. Pada hari perdagangan terakhir tahun ini, Selasa (31/12), harga minyak mentah Brent ditutup naik 0,88 persen menjadi USD 74,64 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 1,03 persen menjadi USD 71,72 per barel. Harga acuan Brent mengalami penurunan sekitar 3 persen dari harga penutupan pada akhir tahun 2023 yang tercatat sebesar USD 77,04, sedangkan harga WTI cenderung stabil dengan harga penutupan yang sama seperti tahun lalu. Pada bulan September yang lalu, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD 70 per barel untuk pertama kalinya sejak bulan Desember 2021. Sepanjang tahun ini, Brent diperdagangkan secara signifikan di bawah level tertingginya, seiring dengan pemulihan permintaan pascapandemi dan meredanya guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Batu Bara Sementara itu, harga batu bara mengalami penguatan pada penutupan perdagangan hari Selasa, yang menandai akhir tahun 2024. Berdasarkan informasi dari situs tradingeconomics, harga batu bara meningkat sebesar 0,56 persen dan ditutup pada USD 125,25 per ton. Harga batu bara Newcastle mengalami penurunan sekitar 5,04 persen sepanjang tahun 2024. Pada tanggal 1 Januari 2024, harga batu bara tercatat sebesar USD 131,55 per ton, namun pada akhir tahun berada di kisaran USD 125 per ton. Pada akhir tahun 2024, harga batu bara terpengaruh oleh peningkatan pasokan yang mampu menyeimbangkan permintaan yang tinggi dari konsumen utama, yaitu China. Data menunjukkan bahwa produksi batu bara di China mencapai rata-rata 14,27 juta ton per hari pada bulan November, angka tertinggi yang pernah tercatat, dan mengalami peningkatan signifikan dari 12,28 juta ton per hari pada bulan sebelumnya. Harga minyak kelapa sawit (CPO) mengalami penurunan pada akhir perdagangan hari Selasa. Menurut informasi dari situs tradingeconomics, harga CPO mengalami penurunan sebesar 2,37 persen, menjadi MYR 4.444 per ton. Sepanjang tahun 2024, harga CPO menunjukkan penguatan sekitar 21,42 persen, dengan harga tercatat pada 1 Januari 2024 sebesar MYR 3.638 per ton. Pergerakan harga CPO menjelang akhir tahun dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait ekspor yang dapat memberikan tekanan pada harga. Di India, sebagai pembeli terbesar, pembelian minyak sawit untuk bulan November mengalami penurunan sedikit menjadi 841.993 metrik ton. Namun, adanya indikasi permintaan yang kuat dari China, sebagai salah satu pembeli utama, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di akhir Januari, membantu mengurangi kerugian yang terjadi. Pemerintah Indonesia akan melaksanakan mandat biodiesel B40 mulai awal Januari 2025, sekaligus meningkatkan pungutan ekspor minyak sawit mentah dari 7,5 persen menjadi 10 persen untuk mendukung program subsidi. Nikel Pada penutupan perdagangan hari Selasa, harga nikel tercatat mengalami penurunan. Berdasarkan data dari tradingeconomics, harga nikel turun sebesar 1,23 persen menjadi USD 15.300 per ton. Sepanjang tahun 2024, harga nikel mengalami penurunan sekitar 6,35 persen. Pada tanggal 1 Januari 2024, harga nikel tercatat sebesar USD 16.055 per ton. Namun, harga tersebut terus merosot hingga mencapai USD 15.200 per ton, yang merupakan level terendah dalam empat tahun terakhir. Penurunan harga nikel ini terjadi di tengah pengaruh dolar yang menguat, ketidakpastian permintaan, serta pasokan yang berlimpah, terutama dari produksi tinggi di Indonesia, yang merupakan pemasok utama di dunia, dan kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga paruh kedua tahun 2024. Situasi ini diperburuk oleh peningkatan pasokan yang disebabkan oleh lonjakan proyek peleburan di China yang beroperasi di Indonesia setelah larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020.