Banda Aceh - Proses restorasi jaringan telekomunikasi di Aceh dipacu untuk menjangkau seluruh wilayah yang terdampak gangguan, tidak terkecuali daerah yang secara geografis menantang. Komite Digital Indonesia (Komdigi) menegaskan fokus pada pemerataan pemulihan agar seluruh masyarakat, baik di pusat kota maupun di daerah pedalaman, dapat segera menikmati layanan komunikasi yang normal. Hal ini menjadi bagian dari prinsip keadilan dalam pemulihan infrastruktur digital.
Upaya pemulihan dilakukan dengan membagi zona-zona prioritas berdasarkan tingkat kerusakan dan jumlah populasi. Namun, Komdigi menekankan bahwa pemulihan di zona dengan populasi kecil atau lokasi sulit tidak akan diabaikan, melainkan dijadwalkan dengan strategi khusus. Penggunaan teknologi seperti satellite backhaul atau radio diperkirakan dapat membantu menjangkau daerah terpencil.
Sekretaris Komdigi, I Nyoman Adhiarna, menyatakan bahwa target pekan ini adalah pemulihan secara menyeluruh. "Kami ingin memastikan tidak ada wilayah yang tertinggal. Tim khusus kami kerahkan untuk menjangkau daerah-daerah yang aksesnya sulit," jelasnya. Komitmen ini menunjukkan pendekatan inklusif dalam penanganan krisis infrastruktur.
Gangguan komunikasi di daerah pedalaman memiliki dampak multiplier effect yang lebih besar, mengisolasi masyarakat dari informasi penting, bantuan, dan akses ke layanan dasar. Oleh karena itu, percepatan pemulihan di daerah-daerah tersebut menjadi parameter kesuksesan restorasi secara keseluruhan.
Kolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan desa sangat penting untuk memetakan kebutuhan dan kondisi riil di lapangan. Pengetahuan lokal dari aparat desa dan tokoh adat seringkali menjadi kunci untuk menemukan solusi teknis yang tepat guna dan cepat implementasinya.
Meski menghadapi kendala logistic dan sumber daya manusia, semangat gotong royong antara tim teknis operator, pemerintah, dan komunitas lokal menjadi energi tambahan. Inisiatif-inisiatif lokal dalam membantu tim reparasi mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari Komdigi.
Pelajaran dari peristiwa ini mendorong wacana untuk membangun infrastruktur telekomunikasi yang lebih desentralistik dan mandiri di tingkat daerah. Pengembangan jaringan komunitas atau infrastruktur hybrid bisa menjadi opsi untuk meningkatkan ketangguhan di masa depan.
Dengan fokus pada pemerataan, pemulihan jaringan telekomunikasi di Aceh diharapkan tidak hanya mengembalikan konektivitas, tetapi juga memperkuat rasa kesatuan dan pemerataan pembangunan digital. Ini adalah langkah nyata menuju kedaulatan digital yang inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia.