Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam perundingan perdamaian di Istanbul, Turki, bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Trump mengungkapkan niatnya untuk 'diajak' dalam negosiasi antara Putin dan Zelenskiy sebelum melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. 'Saya memiliki banyak jadwal pertemuan, tetapi saya mempertimbangkan untuk terbang ke sana [Istanbul]. Segalanya mungkin terjadi, tetapi kita harus mewujudkannya. Jangan anggap remeh pertemuan hari Kamis di Turki,' ujar Trump. Setelah pernyataan tersebut, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio segera menghubungi mitra-mitranya di Eropa, termasuk pejabat dari Inggris, Prancis, dan Uni Eropa, untuk membahas langkah selanjutnya setelah gencatan senjata. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkomunikasi dengan Menlu Turki Hakan Fidan. Rusia juga mengucapkan terima kasih kepada China, Arab Saudi, UEA, dan Qatar atas peran mereka sebagai mediator. Pertemuan di Turki akan menjadi kesempatan pertama bagi Zelenskiy dan Putin untuk bertemu secara langsung sejak Desember 2019. Sebelumnya, Ukraina dan sekutunya di Eropa menegaskan bahwa Rusia harus menerima gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari untuk menghindari sanksi. Perang Rusia-Ukraina dimulai ketika Putin memerintahkan ribuan pasukan Rusia untuk memasuki wilayah Ukraina pada Februari 2022, yang telah mengakibatkan ratusan ribu tentara dari kedua belah pihak menjadi korban. Saat ini, Rusia menguasai seperlima wilayah Ukraina, termasuk Crimea.