Nilai tukar rupiah tercatat melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. Hal ini sejalan dengan rilis data cadangan devisa (cadev) oleh Bank Indonesia (BI) untuk periode April 2025 serta data dari Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia (IKK). Menurut Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari Jumat (9/5/2025) ditutup di posisi Rp16.510/US$ atau mengalami penurunan sebesar 0,12%. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) mengalami kenaikan sebesar 0,25% menjadi 100,39 pada pukul 15:01 WIB, angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya (8/5/2025) yang berada di posisi 100,02. Secara mingguan, mata uang Garuda menunjukkan depresiasi sebesar 0,49%. Penurunan nilai rupiah ini terjadi bersamaan dengan pengumuman dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen Indonesia sedikit membaik pada April 2025, meningkat menjadi 121,7 dari 121,1 pada Maret, menandakan akhir dari tren penurunan selama tiga bulan. Peningkatan ini didorong oleh persepsi ekonomi saat ini dan pendapatan rumah tangga yang lebih positif, terutama setelah Lebaran. Namun, ketidakpastian tetap tinggi karena kekhawatiran terhadap pasar kerja dan prospek ekonomi jangka panjang masih membayangi. Konsumen tetap berhati-hati, dan pemulihan konsumsi diperkirakan masih lemah tanpa dukungan kebijakan yang lebih kuat dari pemerintah. Sentimen konsumen diperkirakan akan tetap stabil atau sedikit membaik dalam waktu dekat, didorong oleh pendapatan musiman dan potensi stimulus fiskal. Namun, risiko penurunan tetap tinggi akibat transisi politik, lemahnya penciptaan lapangan kerja, dan tekanan terhadap rupiah. Tanpa adanya kebijakan yang kuat di bidang ketenagakerjaan, inflasi, dan belanja sosial, konsumsi swasta kemungkinan masih akan menjadi titik lemah dalam pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025.