Ponorogo Dan Reog: Sinergi Budaya Dan Pendidikan Dalam Meraih Gelar Kota Kreatif Dunia

Kamis, 04 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Ava Grace
Strategi jangka panjang Ponorogo dalam mencetak generasi muda yang mencintai dan menguasai Reog serta kerajinan tradisional menjadi faktor penentu yang diapresiasi oleh UNESCO dalam penilaiannya. (Deny Prastyo Utomo/detikcom)

Ponorogo, Jawa Timur - Prestasi menjadi Kota Kreatif Dunia tidak diraih secara instan, tetapi melalui investasi berkelanjutan pada sumber daya manusia, khususnya generasi muda. Ponorogo memahami bahwa pelestarian budaya memerlukan regenerasi yang sistematis. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah lama mengintegrasikan pendidikan budaya Reog dan kriya ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah, dari tingkat SD hingga SMA. Langkah visioner inilah yang membangun fondasi kokoh bagi ekosistem kreatif dan menjadi salah satu poin kuat yang mengesankan juri UNESCO.

Di sekolah-sekolah, siswa tidak hanya belajar teori tentang sejarah Reog, tetapi juga praktik langsung menari, menabuh gamelan Reog, atau dasar-dasar membatik. Ekstrakurikuler seni budaya mendapatkan dukungan penuh. Banyak sekolah yang memiliki grup Reog sendiri dan rutin mengikuti lomba antar sekolah. Pendekatan ini memastikan bahwa pemahaman dan keterampilan budaya ditanamkan sejak dini, menumbuhkan rasa bangga dan kepemilikan pada warisan leluhur mereka. Bakat-bakat muda pun dapat terpantau dan dikembangkan lebih lanjut.

Di luar sekolah, ratusan sanggar seni (padepokan) tersebar di seluruh penjuru Ponorogo, menjadi pusat pelatihan yang lebih intensif. Sanggar-sanggar ini sering kali dipimpin oleh maestro (seniman senior) yang mewariskan ilmunya secara turun-temurun. Mereka tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga filsafat, etika, dan nilai-nilai spiritual yang menyertai setiap gerakan tari atau proses penciptaan keris. Keberadaan sanggar ini adalah bukti bahwa transfer knowledge budaya berjalan secara organik di masyarakat.

Pemerintah daerah aktif mendukung kegiatan sanggar dan kelompok seni melalui berbagai program, seperti pemberian hibah alat, penyelenggaraan festival rutin, dan beasiswa pelatihan bagi anak-anak muda berbakat. Beasiswa untuk belajar seni ke jenjang yang lebih tinggi juga disediakan, membuka wawasan para calon seniman tentang pengelolaan seni secara modern tanpa kehilangan akar tradisinya. Dukungan ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kreativitas untuk tumbuh.

Regenerasi ini sangat krusial untuk menjaga kualitas dan autentisitas Reog di tengah arus globalisasi. Dengan adanya generasi muda yang paham dan terampil, risiko distorsi atau penyimpangan makna dari pertunjukan Reog dapat diminimalisir. Mereka akan menjadi duta budaya yang akan membawa Reog ke masa depan dengan pemahaman yang benar, sekaligus berinovasi dalam bentuk penyajian agar tetap relevan dengan penonton masa kini.

Gelar UNESCO kini akan memperkuat lagi komitmen pendidikan budaya ini. Rencananya, akan dikembangkan modul pembelajaran yang lebih standar dan komprehensif, serta pelatihan untuk guru-guru seni budaya. Pertukaran pelajar dan seniman dengan kota kreatif lain di dunia juga akan menjadi peluang baru bagi generasi muda Ponorogo untuk belajar dan memperkenalkan budayanya di forum internasional.

Model pendidikan budaya terintegrasi ala Ponorogo ini patut dijadikan contoh nasional. Hal ini menunjukkan bahwa melestarikan budaya tidak boleh hanya bersifat seremonial atau proyek sesaat, tetapi harus menjadi bagian dari sistem pembangunan karakter bangsa. Ponorogo membuktikan bahwa dengan pendidikan yang tepat, anak-anak muda justru akan menjadi garda terdepan dalam mempertahankan identitas budaya di era digital.

Dengan demikian, gelar UNESCO Creative City bagi Ponorogo adalah penghargaan atas kesabaran dan konsistensi dalam menanam benih budaya di hati generasi muda. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa aset budaya terbesar sebuah bangsa bukanlah benda-benda mati, melainkan manusia-manusia yang hidup, bernafas, dan terus melanjutkan estafet kreativitas nenek moyang mereka. Ponorogo telah menunjukkan cara melakukannya.

(Ava Grace)

Baca Juga: Kolaborasi Pemerintah Dan BUMN Sukseskan Event Olahraga Massal Di Mandalika
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.