Berwisata merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi banyak orang. Namun, penyandang disabilitas mengalami tantangan tersendiri dalam menikmati perjalanan wisata. Contohnya, penyandang tunarungu menghadapi kesulitan dalam merasakan suasana destinasi wisata dan berkomunikasi. Menanggapi hal ini, komunitas sosial Metamorfrosa Tasikmalaya telah merancang strategi untuk mengatasi kendala tersebut, termasuk menciptakan wisata yang inklusif di Tasikmalaya. Metamorfrosa Tasikmalaya adalah komunitas yang berfokus pada pengembangan sosial anak-anak dan remaja penyandang tunarungu. Salah satu inisiatif mereka adalah memberdayakan penyandang tunarungu untuk menjadi pemandu wisata, sehingga wisatawan disabilitas dapat terbantu, dan pemandu wisata tunarungu juga dapat memperoleh manfaat serta penghasilan. Dengan demikian, teman tuli memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan mengembangkan pariwisata Tasikmalaya dari sudut pandang yang berbeda. Ini merupakan langkah menuju inklusi yang sesungguhnya," ujar Nabila. Untuk mewujudkan aspirasi tersebut, Metamorfrosa telah melakukan penjajakan dengan sebuah perusahaan pariwisata. "Akhir pekan lalu, kami telah berdiskusi dengan salah satu pelaku usaha di bidang pariwisata, Katara Tour. Kami sepakat untuk menciptakan model pelatihan, di mana teman tuli dapat berperan sebagai pemandu wisata budaya yang memperkenalkan berbagai seni, tradisi, dan kekayaan alam Kota Tasikmalaya kepada para wisatawan, baik yang normal maupun penyandang disabilitas," jelas Ayu. Pendiri Katara Tour, Ervan Kurniawan, menyatakan dukungannya terhadap Metamorfrosa. Ia berpendapat bahwa konsep ini dapat menjadi proyek percontohan nasional dalam pengembangan pariwisata yang inklusif. "Kota Tasikmalaya memiliki kekayaan budaya yang sangat kuat. Jika dikemas dalam bentuk tur kerja berdurasi 2-3 jam yang melibatkan teman tuli, ini akan menjadi sesuatu yang sangat unik. Ini bisa menjadi satu-satunya di Indonesia yang benar-benar inklusif," kata Ervan. Dalam pertemuan tersebut, Ervan menjelaskan bahwa pihaknya mengajarkan cara menyusun paket wisata yang mencakup tiga komponen penting, yaitu edukasi, kesenangan, dan nilai. Baik peserta dari kalangan teman dengar maupun teman tuli diajak untuk memahami pentingnya pendekatan wisata yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bermakna dan mendidik. Menurutnya, langkah ini merupakan dukungan nyata terhadap program inklusi sosial yang diusung oleh pemerintah kota dan provinsi. "Dengan semakin banyaknya wisatawan berkebutuhan khusus yang berkunjung ke Tasikmalaya, penting bagi daerah ini untuk menyediakan layanan yang ramah disabilitas, terutama bagi penyandang tuna rungu," tambah Ervan.